https://ejournal.poltekkesjakarta1.ac.id/index.php/adm/issue/feedQuality : Jurnal Kesehatan2024-05-30T15:54:55+07:00Tri Riana Lestari[email protected]Open Journal Systems<p><strong>Quality : Jurnal Kesehatan</strong>, is a scientific journal published by Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Jakarta I since May 2nd, 2007. It is Published in May and November with registered number ISSN <a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1180425174&1&&">1978-4325</a> (print) and <a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1538102517&1&&">2655-2434</a> (online) a scientific journal published by Poltekkes Kemenkes Jakarta I. The journal <span class="st">registered in the CrossRef system </span><span class="il">with </span><strong><span class="st">Digital Object Identifier </span><span class="il">(DOI)</span> <a href="https://search.crossref.org/?q=Quality+%3A+Jurnal+Kesehatan">prefix 1036082</a>. </strong>The aim of this journal publication is to disseminate the conceptual thoughts or ideas and research results that have been achieved in the area of Nursing, Midwifery, Dental nursing, Orthotic Prosthetic and Public Health. </p>https://ejournal.poltekkesjakarta1.ac.id/index.php/adm/article/view/1575PENGARUH AKUPRESUR TERHADAP MUAL DAN MUNTAH PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DENGAN SPINAL ANESTESI2024-05-15T07:12:49+07:00Sarif Sarif[email protected]Supriyadi Supriyadi[email protected]Dwi Ari Murti Widigdo[email protected]Sudirman Sudirman[email protected]<p>Mual dan muntah pasca operasi/ <em>Post Operative Nuasea and Vomiting </em>(PONV) sering terjadi pada pasien <em>post</em> <em>sectio caesarea </em>(SC) dengan spinal anastesi dengan prevalensi 1- 43% pada wanita dengan SC di bawah pengaruh spinal anestes. Terapi farmakologi tidak memuaskan karena tidak bisa sepenuhnya memperbaiki PONV. Akupresur merupakan terapi komplementer yang diduga dapat mengurangi mual dan muntah dengan melepaskan <em>endorphine</em>. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh akupresur terhadap mual dan muntah pada pasien pasien <em>sectio caesarea </em>dengan spinal anestesi. Penelitian ini merupakan T<em>rue Eksperiment</em>, <em>pre test and post test control group design</em>. Hasil penelitian diperoleh perbedaan PONV yang signifikan (<em>p</em><0,001). pada kelompok intervensi. Sebelum intervensi pada jam ke 0 <em>post</em> operasi, rerata PONV adalah 3,03, yang mengalami penurunan signifikan menjadi 0,77 pada jam ke 6 dan 0,02 pada jam ke 12 <em>post</em> operasi. Terdapat perbedaan signifikan mual dan muntah pada pasien <em>postsectio caesarea</em> dengan spinal anestesi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol <em>p</em><0,05. Dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi akupresur pasca operasi <em>sectio caesarea</em> dengan spinal anestesi berpengaruh terhadap penurunan mual dan muntah pasca operasi.</p>2024-05-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Sarif sarifhttps://ejournal.poltekkesjakarta1.ac.id/index.php/adm/article/view/1572PENGARUH KARAKTERISTIK IBU TERHADAP POLA ASUH MAKAN AUTORITATIF PADA BALITA2024-05-16T07:48:45+07:00Rakhmawati Agustina[email protected]Endang Puji Ati[email protected]<p>Pola asuh makan autoritatif merupakan praktik pemberian makan yang positif dan dapat diterapkan untuk mengatasi masalah gizi. Namun sampai saat ini, pola asuh ini masih belum banyak diterapkan dengan tepat karena dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan bahkan pengetahuan orang tua. Tujuan penelitian ini yakni untuk menganalisis hubungan karakteristik ibu dengan pola asuh makan pada balita. Metode: yakni dengan menggunakan penelitian kuantitatif dengan rancangan <em>cross-section study design </em>pada 96 total ibu dan balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ranomut di Kota Manado. Responden dipilih dengan metode purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi yang ditetapkan peneliti. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner <em>Feeding Practices and Structure Questionnaire for Infants</em> dan dianalisi dengan uji <em>chie square</em>. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan pendidikan dengan pola asuh makan autoritatif memiliki nilai <em>p value</em> > 0.05 yaitu sebesar 0.555 dan hubungan pendidikan dengan pola asuh makan autoritatif memiliki nilai <em>p value </em>> 0.05 yaitu sebesar 0.875. Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara karakteristik ibu terhadap pola asuh makan autoritatif</p>2024-05-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Rakhmawati Agustina, Endang Puji Atihttps://ejournal.poltekkesjakarta1.ac.id/index.php/adm/article/view/1504A RETROSPECTIVE CLINICAL AUDIT OF QUALITY OF INDIRECT DIGITAL INTRAORAL RADIOGRAPHS TAKEN BY STUDENTS AND DENTAL ASSISTANTS IN AN UNDERGRADUATE DENTAL CLINIC2024-05-16T07:56:14+07:00Triveni Nalawade[email protected]Siham Al Shereiqi[email protected]Raqiya Al Nahdi[email protected]Rachappa Mallikarjuna[email protected]Sanjay Saraf[email protected]Amer Al Senaidi[email protected]Mohamed Al Ismaily[email protected]Abubaker Qutieshat[email protected]<p><em>Background: Intraoral radiographs are essential diagnostic tools in dentistry. Ensuring their quality is crucial for accurate diagnosis and treatment planning. This study compared the quality of radiographs produced by undergraduate dental students and qualified dental assistants to identify common errors and assess improvements following feedback and interventions. Methods: This retrospective, observational study compared the quality of digital bitewing and periapical radiographs taken by students and assistants across two audit cycles, with feedback provided between cycles. The radiographs were assessed using a modified quality assessment scale based on the Faculty of General Dental Practice (FGDP, UK) guidelines. Data were collected from the radiology imaging software, and a total of 100 intraoral digital radiographs were analyzed for each group in both cycles. Results: Initially, radiographs from both groups had issues, primarily positioning errors. After providing feedback and additional training, significant improvements were observed from Cycle 1 to Cycle 2. Dental assistants had a higher percentage of acceptable periapical radiographs, while students excelled in bitewing radiographs. Both groups demonstrated marked improvements, reflecting the effectiveness of the interventions. Conclusions: Continuous training, feedback, and quality assurance measures are vital for improving radiograph quality. A multifaceted approach, including updated equipment and adherence to quality control protocols, can significantly enhance patient care. The study highlights the importance of regular calibration and training for dental professionals to maintain high standards in radiographic practices. Further research is recommended to identify additional strategies for improving radiographic quality.</em></p>2024-05-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Triveni Nalawade, Siham Al Shereiqi, Raqiya Al Nahdi, Rachappa Mallikarjuna, Sanjay Saraf, Amer Al Senaidi, Mohamed Al Ismaily, Abubaker Qutieshathttps://ejournal.poltekkesjakarta1.ac.id/index.php/adm/article/view/1247ALTERNATIF PILIHAN INTERVENSI NON-FARMAKOLOGI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI: SYSTEMATIC REVIEW2024-05-15T08:00:23+07:00Siti Li'wuliyya[email protected]<p>Data Riskesdas menyatakan bahwa hanya satu dari lima penderita hipertensi yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darahnya. Salah satu faktor rendahnya pengendalian hipertensi yaitu karena pengobatan farmakologi dengan obat antihipertensi yang terbatas, serta kepatuhan pasien yang buruk terhadap jadwal pengobatan yang ditentukan. Mengonsumsi obat antihipertensi dalam jangka waktu yang panjang dapat memberikan efek samping berbahaya. Dalam hal ini, intervensi non farmakologi dapat menjadi alternatif intervensi lain pada penderita hipertensi, karena tidak memberikan efek samping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alternatif pilihan intervensi non farmakologi dalam penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Penelitian <em>systematic review</em> ini mengacu pada PRISMA (<em>Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses</em>) dengan menggunakan situs <em>database</em> jurnal DOAJ, Garuda, PubMed, dan <em>Sciencedirect</em>. Dalam menentukan alternatif pilihan intervensi non farmakologi menggunakan formula <em>effect size</em> Cohen’s yang dinilai berdasarkan efektivitas intervensi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah artikel menggunakan desain studi RCT dan quasi eksperimen, dipublikasikan dari Januari 2012-April 2023, dan artikel dengan responden untuk kelompok intervensi tidak mengonsumsi obat antihipertensi. Ditemukan sebanyak 22 artikel intervensi non farmakologi. Alternatif pilihan intervensi non farmakologi untuk penderita hipertensi dalam menurunkan tekanan darah, yang memiliki efektivitas kuat berdasarkan perhitungan <em>effect size</em> Cohen’s yaitu <em>swedish massage</em>, jalan pagi, konsumsi teh daun belimbing wuluh, relaksasi autogenik dan akupresur, yoga, teh bunga rosella, relaksasi otot progresif dan napas dalam, <em>deep tissue massage</em>, cincau hijau, bekam<em>, slow deep breathing, sport massage</em>, terapi benson, dan bekam kombinasi akupresur. Intervensi non farmakologi dapat menjadi pilihan pengobatan untuk membantu menurunkan atau mengelola tekanan darah. Penurunan tekanan darah setelah intervensi non farmakologi karena adanya penurunan aktivitas saraf simpatis serta adanya kandungan dalam minuman yang dikonsumsi.</p>2024-05-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Siti Li'wuliyyahttps://ejournal.poltekkesjakarta1.ac.id/index.php/adm/article/view/1562THE RELATIONSHIP BETWEEN WORK ATTITUDE AND LEADERSHIP WITH THE PERFORMANCE OF HEALTH WORKERS AT PUBLIC HEALTH CENTER IN PARIAMAN CITY2024-05-22T14:29:21+07:00Rezi Fatrima Surya[email protected]Yuniar Lestari[email protected]Kamal Kasra[email protected]<p><em>The increase in the number of health workers by 26% from the previous year was not in line with the increase in program achievements at the Public Health Center (PHC) in the working area of the Pariaman City Health Office which had not yet reached the set targets such as the target for non-communicable disease services (NCD) which on average only reached 37.31% of the target. This is partly due to the low performance of health workers at the public health center. This study aims to analyze the relationship between work attitudes and leadership with the performance of health workers in the Essential Public Health Efforts (PHE) program at the Pariaman City Health Center. This study is quantitative research with a cross sectional approach. Sampling of this study was carried out by proportional random sampling of 89 respondents from a population of 100 health workers. The results showed that work attitude has a significant relationship with officer performance while leadership does not have a significant relationship with health workers performance. It can be concluded that improving the health workers work attitudes will improve the performance of health workers and improving the leadership of the head of public health center does not improve the performance of the health workers.</em></p>2024-05-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Rezi Fatrima Surya, Yuniar Lestari, Kamal Kasrahttps://ejournal.poltekkesjakarta1.ac.id/index.php/adm/article/view/1573IMPLEMENTASI KOMUNIKASI DAN BIROKRASI TERHADAP KEPATUHAN PROTOKOLER KESEHATAN PADA MASA COVID 19 (STUDI KASUS KOTA TERNATE)2024-05-21T11:10:05+07:00Muliana Muliana[email protected]Muhammad Faisal Pataha[email protected]Fadilah Abdullah[email protected]<p>Virus corona atau <em>COVID-19</em> ini pertama kali muncul di Kota Wuhan Republik Rakyat China pada akhir tahun 2019. Simpang siur mengenai penyebaran virus inipun bertebaran mulai dari dikarenakan hewan, makanan, atau sebab lain. Komisi kesehatan nasional kemudian mengkonfirmasi bahwa virus ini dapat menyebar dari manusia ke manusia atau dapat menempel dari benda-bendar yang bersentuhan dengan manusia yang terinfeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implemntasi komunikasi dan birokrasi terhadap kepatuhan protokoler kesehatan pada masa pandemi <em>COVID 19. </em>Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode campuran atau <em>mixed method </em>dengan desain <em>concurrent triangulation</em>. Jumlah sampel dan informan masing-masing terdiri dari 100 orang untuk data kuantitatif dan 7 orang untuk data kualitatif. Teknik pengumpulan data kuantitatif dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner dan untuk data kualitatif dengan mengumpulkan informasi melalui wawancara, baik yang terstruktur maupun tidak, dokumentasi dan materi-materi visual. Hasil penelitian menujukkan adanya hubungan antara komunikasi dengan kepatuhan masyarakat dengan <em>p value </em>0.003 dan nilai OR 4.080 dan adanya hubungan birokrasi dengan kepatuhan masyarakat dengan <em>p value </em>0.042 dan OR 8,564. Meskipun Kota Ternate telah berada di zona medekati hijau dan tidak adanya lonjakan kasus hingga diambilnya data ini, namun komunikasi dan koordinasi harus tetap berjalan seefektif mungkin untuk mencapai target vaksinasi dan mencegah kembali adanya lonjakan kasus, Selain itu dalam hal birokrasi, pelaksanaan sesuai <em>Standar Operasional Prosedure </em>dan sistem pelaporan agar lebih terstruktur maka sebaiknya menyediakan prosedur penyampaian informasi yang baku dan prosedur komunikasi antar instansi terkait.</p>2024-05-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Mulianahttps://ejournal.poltekkesjakarta1.ac.id/index.php/adm/article/view/1421HUBUNGAN RIWAYAT BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KENITEN KECAMATAN MOJO KABUPATEN KEDIRI 2024-05-21T11:23:27+07:00Salisa Putri Rahmasari[email protected]Erna Rahma Yani[email protected]Lumastri Ajeng Wijayanti [email protected]Eny Sendra[email protected]<p>Stulnting adalah kondisi gagal tulmbulh pada anak balita akibat kelkulrangan gizi kronis selhingga anak telrlalul pelndelk ulntulk ulsianya, ataul delngan kata lain, nilai pada <em>z-scorel</em> kulrang dari -2SD (pelndelk) ataul kulrang dari -3SD (sangat pelndelk). Telrjadinya stulnting dipelngarulhi olelh belbelrapa faktor, salah satulnya adalah Bayi Belrat Lahir Relndah (BBLR). Belrat lahir yang kulrang dari 2500 gram melrulpakan faktor risiko yang melningkatkan telrjadinya stulnting. Tujuan penelitian ini adalah ulntulk melngeltahuli hulbulngan riwayat belrat lahir delngan keljadian stulnting pada balita di Desa Keniten Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. Meltodel pelnellitian melnggulnakan delsain stuldi kohort reltrospelktif. Popullasi selbanyak 150 delngan julmlah sampell 60 relspondeln diambil melnggulnakan telknik <em>Simplel Random Sampling</em> dan melinggulnakan analiisiis Uljii <em>Cii-Squlareli</em><em>.</em> Hasil pelnellitian menunjukkan nilai p-valulel 0,003 atau < 0,05 yang artinya terdapat hulbulngan riiwayat belirat lahiir delingan kelijadiian stulntiing dii Delisa Keliniitelin Kelicamatan Mojo Kabulpatelin Kediri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya agar dapat meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor terjadinya stunting.</p>2024-05-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Salisa Putri Rahmasari, Lumastri Ajeng Wijayanti https://ejournal.poltekkesjakarta1.ac.id/index.php/adm/article/view/1305TERAPI AURICULAR ACUPRESSURE (AA) PADA PASIEN ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUCEMIA (ALL) DENGAN KONSTIPASI : STUDI KASUS2024-05-20T13:29:33+07:00Maria Putri Sari Utami[email protected]Prima Daniyati Kusuma[email protected]Sofiatun Sofiatun[email protected]<p>Acute Lymphoblastic Leucemia (ALL) merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang dan ditandai dengan poliferasi maligna sel leukosit immature yang terlihat adanya pertumbuhan sel abnormal. Salah satu masalah yang muncul pada pasien ALL adalah konstipasi, Hal ini disebabkan karena pengaruh terapi farmakologi dari obat opioid dan analgesik. Konstipasi dapat diatasi dengan terapi non farmakologi yaitu Auricular Acupressure (AA). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan terapi Auricular Acupressure (AA), dalam mengatasi konstipasi pada pasien ALL. Penelitian ini menggunakan studi kasus. Hasil penelitian diketahui sebelum diberikan terapi AA perut puncit, teraba keras dan bunyi perut pekak, auskultasi bising usus 5x/menit, sedangkan setelah diberikan terapi AA klien bisa BAB dan terjadi perubahan pada abdomen tidak buncit (datar), perut lembek (tidak keras), bunyi perut timpani, bising usus 11x/menit dan terjadi peningkatan peristaltik usus. Penerapan terapi AA memberikan efek positif terhadap kondisi klien, penerapan terapi AA secara rutin dan didukung dengan mengkonsumsi buah papaya efektif dalam mengatasi konstipasi pada pasien ALL</p>2024-05-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Maria Utamihttps://ejournal.poltekkesjakarta1.ac.id/index.php/adm/article/view/1023PROFIL MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA STAFF TENAGA KEPENDIDIKAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS X2024-05-21T10:59:28+07:00Arif Pristianto[email protected]Yulia Nafizah Mawarni[email protected]<p><em>Musculoskeletal Disorders</em> (MSDs) terkait pekerjaan merupakan cedera atau gangguan pada sistem muskuloskeletal, yang meliputi otot, saraf, tendon, sendi, kartilago, dan diskus tulang belakang yang terkait dengan paparan faktor risiko di tempat kerja. Staff kependidikan menjadi salah satu pekerjaan yang beresiko mengalami MSDs, mengingat aktivitas masing-masing divisi yang beragam tentunya keluhan yang dirasakan pun berbeda. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan <em>cross sectional study</em> dengan metode survey analitik yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian MSDs pada staff kependidikan di lingkungan Universitas X. Survey dilakukan dengan menggunakan kuesioner <em>Nordic Body Map</em> guna mengetahui bagian tubuh yang mengalami MSDs. Teknik sampling penelitian ini mengunakan <em>non-probability sampling</em> dengan metode <em>purposive sampling</em>. Menggunakan uji univariat, dimana penyajian data yang digunakan yaitu statistik deskriptif menggunakan tabel frekuensi. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa kejadian <em>musculoskeletal disorders</em> pada staff kependidikan di lingkungan universitas X cukup tinggi, dengan temuan 68 dari 72 responden, dengan bagian tubuh yang sering dilaporkan mengalami keluhan adalah pinggang (16.9%), leher atas (13.5%), leher bawah (10.8%), bahu kanan (9.5%) dan sebaran keluhan area tubuh lainnya (49.3%).</p>2024-05-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Arif Pristianto, Yulia Nafizah Mawarnihttps://ejournal.poltekkesjakarta1.ac.id/index.php/adm/article/view/943KUNJUNGAN PROGRAM POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR TERHADAP KUNJUNGAN PENGOBATAN DI PUSKESMAS KOTA BENGKULU2024-05-25T06:31:13+07:00Henni Febriawati[email protected]Wulan Angraini[email protected]Sarkawi Sarkawi[email protected]Oktarianita Oktarianita[email protected]<p>Pos pembinaan terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) merupakan program pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan dan deteksi dini kasus-kasus PTM dengan sasaran kelompok masyarakat berusia 15 tahun ke atas. Sampai saat ini pelaksanaan posbindu PTM di 20 wilayah kerja puskesmas Kota Bengkulu belum tepat sasaran, hal ini terlihat dari partisipasi masyarakat yang berkunjung ke Posbindu PTM didominasi oleh kelompok usia di atas 47,59 tahun. Penelitian ini melihat dengan aktifnya peserta mengikuti kegiatan Posbindu PTM akan berbanding lurus dengan menurunnya tingkat kunjunagn berobat ke Puskesmas. Tujuan penelitian keaktifan kunjungan peserta Posbindu PTM terhadap kunjungan pengobatan di Puskesmas Kota Bengkulu. Desain penelitian ini adalah eksploratori dengan pendekatan observasional <em>Cross Sectional</em> dengan uji hipotesis untuk mengetahui hubungan kunjungan Posbindu PTM terhadap kunjungan pengobatan ke Puskesmas dan metode kualitatif untuk mengetahui implementasi program Posbindu PTM. Sampel penelitian berjumlah 136 orang dengan teknik <em>Accidental Sampling</em>. Uji validitas dan reabilitas instrument pada peserta aktif Posbindu pada Kabupaten Bengkulu Tengah dan pada peserta bukan Jaminan Kesehatan Nasional. Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat pengaruh kunjungan program Posbindu PTM terhadap kunjungan pengobatan ke puskesmas Kota Bengkulu (p = 0,629). Sejalan dengan peserta posbindu PTM berusia 47,59 tahun ke atas tidak ada pengaruh kunjungan peserta terhadap kunjungan sakit. Analisis implementasi program Posbindu PTM sudah berjalan sesuai SOP dengan kegiatan yang sangat dirasakan bermanfaat bagi peserta terutama dalam hal pemantauan status kesehatan. Namun, masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan Posbindu karena pelaksanaannya yang mayoritas dilakukan pada saat jam kerja, sehingga sasaran kegiatan didominasi oleh kelompok lansia. Permasalahan lain adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang Posbindu PTM yaitu dengan kegiatan yang dibatasi oleh pemeriksaan kesehatan saja tanpa adanya kegiatan pengobatan lebih lanjut. Diharapkan adanya koordinasi dari pihak puskesmas dan kader dalam mengkomunikasikan mengenai pentingnya program Posbindu PTM kepada masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pencegahan dan pemantauan status kesehatan.</p>2024-05-30T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 hennifebriawati, Wulan Angraini, Sarkawi, Oktarianita